Thursday, November 17, 2011

Mencintai atau Dicintai?

bertemu dengan beberapa teman saya, kita sedang asyik ngobrol ketika salah satu menyeletuk bahwa enak ya kalau kita dicintai, loh kenapa? ya iya kita ga perlu cape menyayangi orang. dalam kasus ini, saya bertanya (karena belum ada pengalaman soal seperti ini). dengan semangat ingin tahu, saya bertanya lebih dalam. kok bisa cape dalam menyayangi orang? teman saya menjawab, ya emang, coba bayangin aja kita udah memberikan perhatian dan sudah sayang sama orang itu malah tidak ada respon sama sekali dari orang itu.

loh kok bisa suka ama sayang ama orang itu? investigasi lebih lanjut (untungnya dia mau menjawab), ya karena dia memberikan harapan, coba kalau dia tidak memberikan harapan, ya tentunya saya tidak akan memberikan rasa sayang dan perhatian saya.

lalu setelah itu pembicaraan itu berlalu dan berlanjut ke topik lain. pada waktu kita berpisah dan saat saya berjalan ke mobil, saya berpikir, sepertinya ada yang kurang tepat dengan cara berpikir teman saya itu.

kalau dipikir dan secara logika, banyak sekali quotes dan kalimat2 yang mengatakan bahwa "mencintai itu memberi" "cinta itu tidak bersyarat", tetapi kenapa pada kenyataannya kebanyakan tidak seperti itu? pikiran masih melayang dan saya masih dalam perjalanan pulang. kemudian terlintas dalam pikiran saya bahwa ternyata yang membuat orang seperti itu adalah harapan. mereka berharap, (pamrih).

kenapa berharap / pamrih? ya karena mereka mau disayang dulu baru menyayangi berarti kan ada sesuatu yang diharapkan? biasanya kalau seperti itu, kita pasti akan kecewa karena kalau segala sesuatu yang kita harapkan tidak sesuai keinginan kita, pasti kecewa, putus asa, marah dan segala jenis emosi yang merusak muncul.

saya pikir dalam segala bidang kita juga pasti seperti itu, ada punya pengharapan, punya mimpi, target dsb lah. tetapi kadang orang lupa bahwa kalau sudah menentukan impian, harapan, target, goal. mereka lupa IKHLAS / RELA. kenapa? supaya kalau tidak tercapai / tertunda, kita tidak terlalu kecewa dan putus asa kemudian marah (entah pada diri sendiri atau pada orang lain).

jadi kembali ke topik di atas, kalau mencintai karena berharap untuk dicintai, mmhhh akan sulit karena setiap perjalanan pasti akan ketemu rintangan. lah wong manusia ini unik satu sama lain, pasti ada perbedaan. yang dicari kecocokan kan? bukannya dia harus sesuai dengan saya, bukan saya yang harus sesuai dengan dia, bukannya kalau dia tidak sesuai saya harus paksa supaya dia sesuai dengan saya, bukan cari musuh kan? tapi cari teman hidup. masalahnya mungkin adalah siap kah kita untuk rela, untuk ikhlas? biasanya sih sulit yah, tetapi jangan menyerah. karena sulit bukan berarti tidak bisa. kalau sudah bilang TIDAK BISA, otak sudah akan menutup semua kemungkinan.

jadi berusaha untuk RELA dan IKHLAS setelah menentukan harapan, target, goal, impian dsb. dengan begitu kita lebih lapang, lebih legowo, lebih toleransi. (wah, good inspiration hendy), sayang saya belum ada kesempatan ketemu dengan teman saya, nanti kalau ketemu dan ada kesempatan untuk mau bertukar pikiran. but at least, para blogger sudah mendapatkan kesempatan untuk membaca duluan.

idealnya sih mencintai dan dicintai. sama seperti gambar diatas. jadi tidak ada satu lebih penting dari satunya. keduanya sama-sama penting.

ada bacaan lain : hubungan antar pasangan
semoga bermanfaat.