Judul yang aneh bukan? pasti mikirnya dalam sebuah segitiga ada teori teori yang harus dipikirkan.. untungnya bukan seperti itu. saya tipe orangnya tidak mau terlalu teoritis, kalau bisa sebisa-nya praktis yang bisa dimengerti orang pada umumnya.
maksudnya adalah sebagai berikut ibarat nya segitiga itu adalah bahwa ketika kita belajar sesuatu kita membuat fondasi, nah segitiga itu semacam fondasi untuk menuju ke puncak atasnya. ketika kita hanya punya satu segitiga kita hanya mempunyai satu pemahaman untuk mencapai pemahaman lainnya. teori A B C nya lewat yah, terlalu panjang.. tetapi intinya kita belajar dari pemahaman bahwa dengan dasar B-C mencapai A (puncaknya).
nah A ini adalah pemahaman hasil dari pembelajaran dasar B-C, faktor B-C (B1,2,3 & C1,2,3 diabaikan karena asumsi) sehingga orang mencapai pemahaman A. yang ingin saya bahas adalah bahwa kita harus senantiasa belajar terus menerus karena hidup adalah sebuah proses dan jika kita tidak belajar, kita hanya menggunakan sumber memori masa lalu untuk menghadapi saat ini.
jadi sering ada orang bertanya mengapa orang sulit mengubah kebiasaannya, misal sering kali saya mendengar bahwa kok susah bener melatih kesabaran, kenapa setiap kali ga senang langsung marah, biasanya orang kan langsung bilang ya sudah sabar aja, atau hindari orang yang membuat marah. padahal yang marah itu kan si yang marah tadi tidak ada hubungannya dengan obyek nya, melainkan subyek yang marah. kenapa dia mengambil keputusan marah? yah itu jawaban tertulis nya adalah orang marah karena dia mengambil memory masa lalu dimana dia mengambil pengalaman masa lalu yang tidak nyaman sehingga ketika ada kejadian masa kini yang menyerempet / sesuatu yang membuat tidak nyaman maka otak dia akan langsung mengambil memory tersebut dan menyebutnya sebagai satu ancaman terhadap dirinya. maka dia marah.karena tidak sesuai dengan kenyataan / harapan tidak sesuai kenyataan.
nah untuk itu maka kita idealnya harus belajar terus menerus, banyak yang habis sekolah / lulus, biasanya sudah jarang mau belajar atau membaca lagi, karena bagi mereka itu tidak penting atau merasa kurang penting. padahal kalau anda berhenti belajar maka anda saat itu juga mengalami (kalau saya sebut adalah pelapukan) obsolete / usang / out of date. jadi nanti kalau ada kejadian-kejadian baru, maka respons kita hanya itu-itu saja.
contoh paling konkrit adalah diri saya, baru-baru ini terjadi beberapa masalah dalam sistem administrasi, jadi yang kena teguran adalah saya. ayah saya ketika memeriksa ada yang tidak beres langsung memarahi saya di telpon (padahal anak buahnya ada didepan dia), lucunya lagi yang salah anak buah yang sudah lama mengikuti dia cukup lama. tetapi sasaran tegurannya bukan kepada dia melainkan kepada saya lewat telepon, saya di maki-maki dan omongan yang tidak mengenakkan keluar semua.
nah respon awal saya adalah, saya merasa tidak adil atau tidak layak untuk di tegur seperti itu. karena saya tidak tahu apa-apa mengenai itu, jadi respon awal saya adalah saya bertindak defensif, saya lawan kata-kata ayah saya maupun tegurannya. tetapi proses itu hanya berlangsung 30 detik (kalau dulu saya bisa perang mulut bahkan bisa tidak enak hati kalau ketemu). proses 30 detik itu lah yang benar-bener mengubah mau kemana hidup kita ini dibawa. mau seperti kaleng soda (bereaksi)
atau air mineral?
30 detik awal saya melihat nya sebagai proses pertahanan diri saya yang menganggap bahwa dimarahi dan ditegur itu tidak enak, kemudian pertahanan tubuh saya melawan untuk menyingkirkan perasaan tidak nyaman tersebut, terlebih lagi diperlakukan tidak adil. jadi 30 detik yang saya rasakan merupakan reaksi pertahanan tubuh
kenapa 30 detik? kok tidak lebih lama? atau lebih cepat? masing masing individu unik dan berbeda, jadi semua tergantung seberapa jauh tingkat mereka dapat menyadari, bisa jadi debat trus bertahan terus tidak terima dimarahi / ditegur (seperti saya dulu), bisa jadi setelah telpon baru menyadari, atau setelah telpon masih mengomel2 karena tidak puas. Jadi yang dilihat adalah kemampuan menyadari nya, entah berapa lama baru sadar itu urusan belakang. jadi 30 detik terakhir itu saya langsung bilang "oke tunggu sebentar saya sedang menyetir, nanti saya telpon lagi. jadi ketika dia telpon marah2 sampai tutup berkisaran 1 - 1.5 menit jadi omelan dan tegurannya 60 detik yang tidak mengenakkan ditambah dengan 30 detik pertahanan diri saya di telepon.
kemudian ketika menutup telpon, hal pertama yang saya pikirkan adalah bahwa saya tidak mau kondisinya seperti ini, apa yang harus saya perbuat? pertama menyadari bahwa ini sebenarnya bukan salah saya, kedua bahwa "Memang ayah saya seperti itu", marah selalu tidak tepat sasaran :(. dan entah motif-motif apalagi. ketiga adalah dia Ayah saya, walaupun dia mempunyai kekurangan kekurangan tetapi dia tetap Ayah saya, dan saya harus menghormati hal itu. tanpa dia saya tidak akan hadir di dunia ini. faktor keempat adalah kemampuan untuk mampu merubah kondisi atau situasi saat ini. jadi 4 faktor itu yang mendorong saya untuk melihat situasi lebih jelas lagi. jadi pada saat itu kita ambil pelajaran-nya dan dengan demikian berarti pengetahuan dan pengalaman kita bertambah.
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
dan itu terlihat dari 3 gambar segitiga berikut,
Gambar ke 1 adalah bagaimana kita meluaskan kompentisi (kemampuan) pengetahuan kita, bisa dengan membaca, bertanya, diskusi dan hal hal yang mendorong terjadinya bertambahnya pengetahuan kita, lalu
Gambar ke 2 adalah menjelaskan bahwa pengetahuan pengetahuan disusun untuk membentuk satu pengetahuan yang lebih unik lagi dan semua pengetahuan dibentuk untuk mencapai satu bentuk pengetahuan lagi.
sedangkan Gambar ke 3, adalah gambar yang menjelaskan bahwa informasi yang terkandung di segitiga biru menjadi dasar pada salah satu sisi segitiga merah, dan begitu pula segitiga kuning yang semuanya menjadi dasar untuk terbentuknya informasi segitiga merah.
sekian curhat saya dan sekaligus pemahaman saya mengenai sebuah konsep pembelajaran.
semoga bermanfaat.