Thursday, November 19, 2009

SALJU DI MUSIM PANAS (5) - Oleh : U Jotika Sayadaw

Penting sekali untuk menjaga kondisi dan batin sebagaimana Anda menyetel radio Anda. Hanya ketika berada dalam kondisi yang baiklah mereka baru akan menjadi peka, mampu mendeteksi frekuensi-frekuensi, getaran-getaran dan sinyal-sinyal sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu sangat penting untuk mempelajari bagaimana jasmani dan batin Anda di pengaruhi sejumlah hal. Makanan, cuaca, latihan jasmani, percakapan, buku-buku, kesenangan indriawi. setiap hal mempengaruhi jasmani dan batin. Dan juga meditasi. MEDITASI MEMBUAT BATIN MENJADI LEBIH PEKA.

Batin gemar berdiam di masa lalu atau masa mendatang, ia menyentuh saat kini hanya sebentar saj, tidak mau berdiam di saat kini; selalu mencari objekan, menonton tv, mendengar radio atau kaset, makan, bercakap-cakap, merokok, membaca (ya, saya lupa itu__ membaca), dan apa saja. Apakah kita sungguh-sungguh menyukai sati?

Kita menggunakan sati sebagai penawar sakit. Hanya ketika hidup menjadi begitu menyakitkan barulah kita mau pergi ke suatu tempat yang sunyi dan bermeditasi. Kalau tidak kita sudah merasa cukup puas dengan aneka pengobjekan.

Orang tak dapat betul-betul bebas dari kemarahan. Kemarahan akan muncul bila ada penyebab yang memadai. Yang dapat dilakukan seseorang hanyalah melihat bahwa ada kemarahan. Melihat betapa Anda menyakiti diri Anda ketika Anda sedang gundah. Sungguh tak layak menjadi gundah terhadap apapun. Tegakkan sati. Melihat kemarahan hanya sebagai kemarahan, bukan "kemarahanku".

Janganlah berkata bahwa Anda seyogianya tidak marah, Adalah penting sekali untuk bersikap realistik. Adalah hal-hal yang ideal, tetapi kita takkan pernah menggapai hal-hal yang ideal tersebut. Itu tak berarti kita seyogianya tidak memiliki idaman. Maksudnya kita harus menyadari kemampuan kita. Jadi, jangan berkecila hati bila ada pasang surut. Berusahalah menegakkan sati semampu-mampunya. Berusahalah sekuat tenaga.

Dulu saya (Sayadaw) merasa tidak enak hati (malu) apabila membuat kesalahan (tidak berbuat sempurna). Dalam sejumlah kasus, orang lain mengharapkan terlalu banyak dari saya; dan secara tak sadar saya tergelincir masuk dalam peran yang mereka harapkan dari saya. Itu adalah hal yang mustahil, bahkan berbahaya; itu membuat saya merasa tidak mampu tetapi sekarang saya sudah belajar dari untuk menjadi diri saya.

Tegakkanlah sati, walaupun kadangkala sulit melakukannya. KETIKA ANDA BERPIKIR TAK MUNGKIN MENEGAKKAN SATI, ITULAH SAAT TERPENTING UNTUK MENEGAKKAN SATI.

Saat Anda sedang gelisah, itulah saat terpenting bagi Anda untuk bermeditasi. Ketika Anda berpikir tak mungkin bagi Anda untuk bermeditasi karena batin Anda sedang kacau balau... Itulah saat terpenting bagi Anda untuk bermeditasi.

Dalam Mahasatipatthana-Sutta, Sang Buddha bersabda :
"Vikkhitam va cittam vikkhitam cittam ti pajanati,"
(Ketika batin sedang gelisah, ia mengetahui batin sedang gelisah.)
Anda tidak diharapkan melakukan lebih dari itu.

Sang Buddha tidak mengatakan Anda seyogianya merasa bersalah atas keserakahan atau kemarahan Anda. Anda mengetahui apa yang terjadi. Jangan menipu diri Anda sendiri. Hanya itulah yang dapat Anda lakukan. Jadi tegakkanlah sati tetapi jangan menghukum diri Anda sendiri.
Bersikap menerima dan jujur merupakan hal yang terpenting.

Mengetahui keadaan batin sedang bagaimana, itu saja sudah cukup. Apabila Anda berusaha melakukan lebih dari itu, akhirnya Anda akan semakin frustasi. Tidak ada pengendalian. dan itu berarti ANATTA. "Saragam va cittam saragam cittanti pajanati."
(Ketika batin diliputi nafsu, ia mengetahui bahwa batin sedang diliputi nafsu.)... Pajanti (mengetahui dengan jelas); itu saja, tidak lebih dari itu. Memiliki batin yang tenang dan damai sepanjang waktu adalah suatu kemustahilan bagi seseorang yang berhubungan dengan begitu banyak orang setiap hari.

Saya mengetahui bagaimana bila seseorang membaca sejumlah buku Dhamma dan/atau mendengarkan sejumlah kaset Dhamma dapat membuatnya merasa bersalah. Standarnya terlalu tinggi. kita tak mampu mengapainya. Kita tak perlu merasa bersalah karena menikmati kesenangan indriawi, sebab kita kita tidak merugikan orang lain.
Lihatlah kesenangan indriawi itu nikmatnya di mana ?

"Sukham va vedanam vedayamano sukham vedanam vedayamiti pajanati" (Ketika mengalami perasaan senang ia mengetahui bahwa ia sedang mengalami perasaan senang.) Mana perlu merasa bersalah? Siapa mengajari kita untuk merasa bersalah apabila menikmati hidup kita? Cukup sudah itu!

Walaupun kita tahu sati merupakan hal terbaik yang dapat kita lakukan untuk diri kita sendiri, kita masih amat sering mengobjek. kita ingin berbagai rangsangan.

Amatilah batin Anda lihatlah apa yang sedang dilakukannya. Jika Anda memahami batin Anda , kebanyakan persoalan Anda akan lenyap karena sebagian besar persoalan diciptakan batin Anda sendiri, mereka bukanlah sesuatu yang nyata di luar batin Anda sendiri.

Usaha terbaik yang Anda lakukan adalah menerima, menyadari, mengetahui keadaan batin tanpa menyalahkan diri Anda, atau membenarkannya, tanpa keinginan untuk mengubahnya, atau melarikan diri darinya, tanpa perasaan merasa bersalah atau malu.

Tiliklah batin Anda sebagai BATIN, bukan sebagai "batinku". Sedang "Baik" atau "Buruk" pandanglah itu sebagai anatta, lihatlah ia muncul karena terpenuhi sejumlah kondisi, bukan muncul begitu saja. Bukanlah suatu makhluk hidup, bukan aku, bukan milikku. Kilesa (kotoran batin) ternyata sangat menarik.

Pengharapan merupakan sumber kekecewaan, bahkan penyebab kegelisahan batin. Kadangkala saya pikir bahwa memiliki idaman ketenangan, kedamaian dan kegiuran bisa membuat seseorang semakin frustasi.

Mereka yang hidup menyendiri mungkin mampu untuk mencapai keheningan (namun saya tidak). Begitu Anda berhubungan dengan orang lain (orang-orang yang tidak memperhatikan, yang egois, yang ingin memanfaatkan Anda), Anda akan menemukan sulit untuk mencapai keheningan.

Perlu ketenangan untuk mengembangkan pandangan terang yang mendalam; itu merupakan lawan dari kekalutan. Tidak ada salahnya memiliki sejumlah ketenangan, tetapi berhati-hatilah jangan sampai melekat padanya, kemelekatan itu berbahaya. Ketenangan membuat batin menjadi jernih. Ia menyegarkan batin dan membantu penegakkan sati.

Bersambung.....

Salam Metta,
Leo Hero (facebook)

No comments: