Friday, June 8, 2012

Fokus tapi salah sasaran

ini diskusi dari dengan beberapa teman yang berbeda waktu, sebenarnya pasti sudah banyak sekali yang sudah tahu bahwa kita harus fokus ketika mengerjakan sesuatu atau ketika kita menginginkan sesuatu.

berhubung kemarin pembahasannya mengenai relationship, jadi mari kita bahas yuk, waktu kita sedang mengejar target kita tentunya kita akan sangat fokus mengejarnya bukan? kita akan berusaha mencari tahu semua hal yang berhubungan dengan si dia, kabar apapun akan kita terima, informasi apapun akan kita tampung untuk digunakan sebagai cara untuk mendekatinya.
nah, sekarang ketika sudah dapat apa yang terjadi? biasanya ketika udah dapat kita akan berusaha untuk tidak sampai kehilangan kan? kan udah susah susah nih kita kejar, udah penuh perjuangan, banting tulang, banting hp.. hehe.. berkorban waktu, tenaga, pikiran demi si-Dia.. begitulah tutur pengalaman beberapa teman saya (sambil mendengarkan dan sambil mengumpulkan pikiran), saya tanya emang bagaimana cara jaganya? ada yang bilang "hp nya saya baca, jaga-jaga kalau ada yang berani sms atau telp macam-macam", ada juga yang langsung memblokir telp dan teman-temannya, ada juga yang langsung memberikan larangan tidak boleh keluar dengan pasangan lawan jenis. dan berbagai hal unik lainnya. dari cara menelepon, atau harus memberitahu siapa aja yang menelepon. dan hal-hal yang belum pernah saya dengar sebelumnya, saya hanya manggut-manggut sambil keheranan (heran karena bukan hanya satu dua orang tetapi ada beberapa yang bersikap demikian)

jadi ketika saya ditanya pendapat, saya berikan sebuah sudut pandang yang sedikit berbeda. sebelum membahas fokus, fokus kan berarti perhatian kita, konsentrasi kita di arahkan ke satu titik atau obyek atau subyek. saya ingin membahas tentang target / sasaran-nya. loh kok bisa? iya, selama saya mendengarkan curhatan / cerita mereka, mereka memusatkan perhatian pada "tidak ingin kehilangan". bingung? coba diliat, mereka kan tidak mau kehilangan jadi mereka menjaga supaya "tidak kehilangan" ini kata kuncinya,

"TIDAK ingin kehilangan" ini kata yang cukup sederhana tetapi bisa mengacaukan / mengarahkan seseorang ke target yang salah. alhasil nya apa? ya itu tadi, hp di cek, ditanya ini sapa, itu sapa, cegah siapa yang mempunyai potensi untuk menyukai cewe / cowo dari pasangannya (dipikir teroris?).

oke, sekarang coba dilihat dari sisi satu ini, gimana kalau kita berbuat terbaik untuk diri kita sendiri supaya pasangan kita lebih lengket? lebih sayang ama kita? ketimbang kita memikirkan / menfokuskan segala energi daya upaya kita untuk mencegat/ mencegah dan menghindari hal-hal yang belum tentu terjadi, kan yang stress kita sendiri sebenarnya. kenapa tidak kita fokuskan untuk membuat diri kita lebih baik.

lalu biasanya pertanyaan selanjutnya adalah kalau tidak di jaga, pasangan  kita bisa lari loh, dia bisa lepas dari kita, dengan itu rugi lah kita dengan segala upaya kita, waktu tenaga pikiran dan dana yang dikeluarkan juga tidak sedikit, sekali lagi itu dari sudut pandang "tidak ingin kehilangan". bukankah kita mempunyai yang namanya kepercayaan, komunikasi?

tetapi intinya bukan itu semua, intinya adalah bagaimana anda mengendalikan diri anda sendiri. kita yang mengendalikan hidup kita (keliatannya kata yang sederhana dan gampang diucapkan tetapi kadang saya sendiri pun masih belajar untuk mengendalikannya). begitu pula dengan pikiran kita. menurut saya, dalam berhubungan, hubungan yang sehat dibangun melalui kepercayaan dan komunikasi, kemudian seiring dengan waktu dan proses maka bisa terbentuk pemahaman dan pengertian, sekarang masalahnya adalah selama proses itu segala sesuatu bisa tidak terjadi sesuai dengan yang diinginkan, pada saat itulah kita harus mengevaluasi kembali hubungan kita, proses itulah yang sebenarnya dihindari oleh kebanyakan dari kita. proses itu bisa terjadi dalam keadaan baik-baik saja, dalam arti perbedaan-perbedaan diterima apa adanya, atau juga proses tersebut bisa terjadi dalam keadaan ketika situasi dan kondisi nya muncul tidak sesuai sehingga perselisihan muncul.

kebanyakan dari kita berasumsi bahwa segala hal baik-baik saja, tetapi pada kenyataan nya belum tentu, kita berasumsi mengenai pasangan kita dengan menggunakan kondisi-kondisi yang sudah kita tetapkan (liat artikel unconditional love dan uncondtional love part 2), pada saat itulah ketika hal-hal mulai kelihatan sebagaimana adanya, saat itu pula kita mulai menderita, kita mulai berusaha untuk mencari cara untuk mencegah, mencegat, menghindari semua hal itu. loh jadi maksudnya kita membiarkan apapun yang terjadi? well, sebenarnya ada yang namanya komunikasi bukan? komunikasikan dulu apa yang dirasa perlu.

menurut pengalaman dan pengamatan, kadang dalam proses ini kita tidak akan pernah tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk saling mengenal, kadang dalam waktu dekat sudah bisa tahu kecocokan kita sampai sebatas mana, tetapi kadang sampai pernikahan baru bisa ketahuan, ada yang bisa ditoleransi dalam arti bisa diterima (karena manusia kan unik dan berbeda), 2 orang untuk bersatu itu sulit jika salah satu atau kedua-duanya punya ketidak-cocokan. tetapi ada juga yang tidak bisa ditolerir. kembali lagi kepada masing-masing individu mau seperti apa kelanjutannya. tetap saja intinya kembali ke diri kita masing2.

dalam hukum vibrasi pikiran (hukum tarik menarik), apa yang kita pikirkan akan menarik hal-hal tersebut dan menjadi realitas bagi diri kita. jadi kalau kita fokus pada hal-hal yang kita takuti, kemungkinan besar hal-hal tersebut bisa terjadi. jadi sarannya sebaiknya kita fokus pada hal-hal yang baik dan positive, karena bukankah kita menginginkan segala sesuatu baik adanya? bagaimana kita dapat bisa mendapatkan hal yang baik kalau kita fokus pada hal yang kebalikannya?

jadi setelah saya cerita panjang lebar, kesimpulannya adalah arahkan fokus ke yang positif dan bukannya ke hal yang negatif, ketika kita berpikir hal-hal yang negatif, kecenderungannya adalah sesuai hukum vibrasi pikiran, dia akan menarik hal-hal yang negatif juga. dan akan menjadi seperti sebuah lingkaran, lingkaran yang tidak tahu darimana kita harus memutuskannya kalau kita tidak memahaminya dari awal.

saya tidak bilang bahwa kita harus mencari banyak persamaan lalu mengurangi perbedaan ya, tetapi jadikan persamaan dan perbedaan itu sebagai bahan pertimbangan, sebagai contoh, kadang perbedaan bisa menjadi saling melengkapi satu sama lain, misal yang satu suka merencanakan, yang satu suka mengikuti jadwal, bisa saling melengkapi bukan? begitu juga persamaan, sama-sama suka merencanakan, bisa melengkapi tetapi bisa juga saling bersinggungan jika beda keinginan. jadi yang dicari bukan banyaknya persamaan dan perbedaan tetapi POLA nya, sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan apakah hubungan tersebut baik atau masih perlu banyak perbaikan.

menerima juga termasuk salah satu poin penting tetapi sering di salah gunakan katanya, sering disamakan artinya dengan pasrah, "ya sudah deh, saya terima kekurangan dia", hampir sama kayak putus asa ya? :p. menerima itu idealnya tidak komplain dengan kekurangan pasangan kita, kita ya tahu saja bahwa pasangan kita demikian adanya.

bagaimana mengarahkan fokus dari "tidak ingin kehilangan" menjadi yang positif? fokuskan pada bagaimana membuat kalian bisa saling cocok satu sama lain, cari persamaan dan perbedaan, lengkapi satu sama lain dan bukannya meminta salah satu harus mengalah atau salah satu harus berubah demi yang lainnya.

sebenarnya fokus tetapi salah target juga terjadi pada aspek lainnya, dalam trading juga begitu. yang saya pernah temui adalah jangan sampai rugi, jadi fokus nya adalah jangan sampai rugi, padahal kalau kita alihkan fokus nya ke arah sebaliknya, hasilnya pasti bisa berbeda jauh. fokus pada cara/ system yang mendatangkan profit dan bukan fokus pada "jangan sampai rugi". begitu pula pada usaha, fokus nya bukan pada masalah, tetapi pada orderan, kerjaannya, karena ada kerjaan tentunya ada pendapatan, beda jika fokusnya pada masalah terus, kita yang akan stress.

hal yang sama berlaku pada aspek-aspek lainnya. anda tinggal ganti fokus nya dan hasil bisa berbeda sama sekali. (sungguh banyak sekali contohnya, maaf next artikel yah)

semoga bermanfaat.

No comments: