Friday, October 5, 2012

Kurang Informasi, Sumber Permasalahan.

ini terjadi pada diri saya beberapa waktu yang lalu, terlepas dari individu-individu yang terlibat, saya lebih menekankan pada pokok permasalahan dimana ada beberapa hal-hal yang membuat kita emosi secara kurang sadar (saya tidak mengatakan tidak sadar, karena sebenarnya masing-masing dari kita puya kesadaran tetapi mungkin sedikit yang menyadari). lalu apa nih yang menjadi masalah?

begini, terkadang kita bisa cepat mengambil keputusan yang pada akhirnya menjurus pada keputusan yang kurang tepat. jadi ceritanya adalah mengenai ekspedisi barang, kami sudah mengatur supaya pengiriman barang cepat dilakukan setelah negosiasi harga dengan ekspedisi. ternyata setelah tidak beberapa lama (sore harinya) terjadi perubahan harga, kami tidak tahu sama sekali apa yang salah tetapi selisih harga yang dikeluarkan sangat jauh sekali dan oleh karena itu kami merasa tidak nyaman dengan hal ini tetapi hari sudah menjelang cukup malam dan kami tentunya tidak bisa melakukan negosiasi ulang harga dengan ekspedisi-nya.

Setelah kalang kabut sendiri, saya menyadari bahwa memikirkannya tidak akan menyelesaikan masalah, begitu pula menghubungi orang ekspedisi, intinya tidak ada yang bisa dikerjakan pada malam itu jadi ketimbang memusingkannya dan meributkannya. Lebih baik di tunggu waktunya saja hingga esok hari. Dan akhirnya setelah keesokan hari-nya setelah mendapatkan informasi yang cukup saya menyadari bahwa yang dihitung bukan berat barangnya tetapi dimensi nya. Karena ekspedisi tentu akan menghitung mana yang paling menguntungkan dia.
Jadi apa yang sudah saya pelajari disini?
  1. Kita tidak bisa mengambil keputusan yang tepat kalau informasi yang kita terima tidak tepat atau kurang lengkap, kenapa? Karena variebel dan faktornya akan berkurang (tidak lengkap) dan kita akan memberikan keputusan yang pastinya kurang tepat / tidak tepat sasaran.
  2. Otak kita selalu merespons dengan mengambil kemungkinan terburuk-nya, kenapa? Karena dirancang untuk menghindari derita (Pain), mencari nikmat (Pleasure) jadi pastinya memikirkan hal-hal yang tidak enak duluan, istilahnya kemungkinan terburuknya terlebih dahulu. Di daftar semua kemungkinan-kemungkinan terparah nya. Walaupun menurut penelitian, 98 % apa yang kita khawatirkan sebenarnya tidak pernah terjadi atau tidak seburuk dengan apa yang kita pikirkan.
So, akhirnya? Akhirnya masalah selesai karena kita telah mendapat informasi baru yaitu "perbedaan perhitungan dimensi" yang menyebabkan biaya pengiriman menjadi bengkak, masalah selesai? Ya tentu tidak, kan jadi ada masalah baru, kelebihan beban biaya pengiriman (tetapi itu menjadi masalah lain lagi).


Okay, now back to our daily life, apa yang bisa dipelajari dari kejadian diatas? Well, kita sebenarnya juga sering begitu terhadap semua permasalahan yang ada di hadapan kita, entah kejadian kecil atau kejadian besar. Saya akui bahwa saya termasuk yang sedikit lebih paranoid daripada yang lainnya (merujuk pada poin 2 diatas). Saya tahu dan menyadari bahwa hal-hal yang saya pikirkan sebenarnya tidak semua terjadi seperti itu, sebagai contoh terkadang dari penyampaian orang yang terlalu dramatis, atau situasi yang terlalu dilebih-lebihkan oleh para pelaku, atau kejadian yang dianggap sama oleh otak kita yang memicu reaksi gejala ketakutan / kekhawatiran yang berlebihan.

kesimpulannya, kita berusaha untuk keep thinking positive, tidak ada gunanya juga berpikir yang negatif (i'm talking to myself). perlu beberapa waktu untuk menyesuaikan karena selama kita masih hidup, kita akan menemui banyak sekali hal-hal yang akan berada diluar apa yang kita bayangkan.

semoga bermanfaat.

No comments: