Monday, January 25, 2010

NINDĀ DAN PASAṀSĀ

NINDĀ DAN PASAṀSĀ

Na cāhu na ca bhavissati, Na cetarahi vijjati,
Ekantaṁ nindito poso, Ekantaṁ vā pasaṁsito’ti.
Tidak akan ada satu orangpun yang akan terus dipuji dan terus dicela,
baik waktu lalu, sekarang, atau akan datang.

(Dhammapada 228)

A. Semua orang di dunia menerima nindā dan pasaṁsā

Nindā berarti celaan, caci-maki, hinaan, fitnah, kritikan, sedangkan pasaṁsā berarti sanjungan, pujian.
Setiap orang sangat mendambakan untuk mendapatkan pasaṁsā dan tidak menginginkan untuk mendapatkan nindā. Kita akan sangat senang dan bangga jika menerima pasaṁsā, namun akan sangat kecewa dan marah jika kita menerima nindā. Itulah kecenderungan cara kita hidup di dunia ini.
Magandiya yang memiliki dendam kepada Sang Buddha menyewa orang untuk mencaci-maki Sang Buddha saat Beliau memasuki kota untuk pindapata. Bhante Ananda memohon kepada Sang Buddha untuk pergi ke tempat lain.
Sang Buddha menolak dan berkata, ”Di kota lain kita mungkin juga dicaci-maki dan tidak mungkin untuk selalu berpindah tempat setiap kali seseorang dicaci-maki.
Ketika kita hanya menginginkan pasaṁsā dan menolak nindā, maka kita akan menderita karena perilaku kita masih belum sempurna, dan walaupun perilaku kita sudah sempurna seperti Sang Buddha sendiri, Beliau tidak selalu menerima pasaṁsā dalam hidupnya, tapi masih juga menerima nindā.

B. Benarkah memberikan celaan dan pujian kepada orang lain?

Seseorang mengkritik apa yang pantas dikritik dan memuji apa yang patut dipuji pada saat yang tepat dan sesuai dengan kebenaran.
(Aṅguttara Nikāya, II, 97).
Ini bukan berarti kita bisa seenak hati mencela dan memuji orang lain, karena Sang Buddha berkata: ”Dicela dan dipuji oleh orang bodoh, tidaklah berarti. Seseorang akan benar-benar tercela jika ia dicela oleh orang bijaksana, dan seseorang benar-benar terpuji jika ia dipuji oleh orang bijaksana”.

C. Cara memberikan celaan dan pujian

Alasan orang memuji:
1. Manusia juga membutuhkan makanan batin.
2. Memberikan kebahagiaan.

Cara memberikan pujian:
1. Pujian itu harus sungguh-sungguh dan tulus.
2. Pujilah perbuatannya, bukan pelakunya.

Alasan orang mengkritik:
1. Untuk menunjukkan kesalahan orang lain.
2. Untuk melampiaskan ketidak-senangan.
3. Untuk membuat orang lain nyaho (kapok).

Cara memberikan kritikan:
1. Kecaman harus di ruang tertutup, tidak ada pintu yang terbuka, suara tidak tinggi, dan tidak ada orang.
2. Dahului kecaman dengan pujian, dengan menciptakan suasana bersahabat.
3. Kecaman bukan untuk menenggelamkan pribadinya, tapi perbuatannya.
4. Jika memberi kritikan, berikan juga jawaban bagaimana seharusnya.
5. Minta kerjasama bukan menuntut.
6. Satu kecaman untuk satu pelanggaran.
7. Selesaikan kecaman dengan nada bersahabat.

(24 Januari 2010 oleh : Bhikkhu Upasamo - Vihara Dhammacakka)

No comments: