karena ini sedikit membahas dalam lingkungan buddhisme, saya mohon maaf pagi pembaca yang bukan buddhis, (silakan tanya by japri jika ada yang kurang jelas). kita lanjut ya, yang bersama saya pada saat kami menuju lokasi adalah B. Abhicito. topik kami pada saat itu ada banyak tetapi ada satu yang menyeletuk dan bisa disesuaikan dengan kehidupan umat awam. apa itu? berikut ceritanya.
awalnya saya menanyakan apakah bhante akan berdomisili lama di balikpapan? kemudian dia menjawab kemungkinan besar iya, padahal sebelumnya beliau tidak tertarik dengan kota ini (alasannya adalah karena tidak mengenal kota ini maupun umatnya, jadi mungkin akan terasa tidak nyaman bagi beliau) tetapi beliau mencoba untuk singgah di kota ini. dan kemudian merasa cocok, waktu saya tanya lebih lanjut, kenapa cocok? kriteria cocok bagi beliau ini apa? makanannya? umatnya? suasananya? atau apa?
dengan bijak bhante menjawab tidak ada yang sempurna di dalam hidup ini, jadi jangan anggap bhante ini manusia super yang tidak ada cacatnya, begitu bhante bercerita, ya tetap saja ada kekurangannya. menjadi bhante juga bukan berarti langsung sudah mencapai kesucian karena bhante sendiri juga masih berjuang. jadi seringnya umat dengan pemahaman yang kurang malah membicarakan kekurangan dan menjelekkan bhikkhu-bhikkhu tertentu, mereka lupa memperbaiki diri sendiri tetapi malah sibuk mengurusi orang lain (dalam hal ini bhikkhu).
kebanyakan umat suka membandingkan bhante/ bhikkhu yang satu dengan yang lainnya, suka menganggap yang satu lebih baik dari yang lainnya, lupa memperbaiki diri sendiri tetapi malah mau mengurusi pihak lain. bhante sendiri juga melihat bahwa guru besar sekalipun juga tidak luput kekurangan dan memang manusia selama masih dalam jalur samsara tidak akan terlepas dari kekurangan-kekurangan / kesalahan-kesalahan, kami justru belajar untuk mengurusi diri kami sendiri dan mengatasi kekurangan kami, selain itu untuk berlatih menemukan sang Jalan untuk diri mereka sendiri dengan demikian berharap bisa membantu orang banyak, tetapi tetap saja kita harus berlatih untuk mengikis kilesa (kekotoran batin).
setelah diskusi singkat, saya teringat salah satu quote dari YM. Acariya Thet D yaitu "petapa / bhikkhu berjuang untuk menang, umat berjuang untuk tidak kalah" apa tuh artinya?
"para bhikkhu berjuang untuk menang" mengalahkan roda samsara, mereka berjuang melawan musuh terbesar yaitu diri mereka sendiri, bermeditasi dan menemukan obat dari penderitaan hidup.
sedangkan "para umat awam berjuang untuk tidak kalah' dalam arti berjuang jangan sampai jatuh ke alam yang lebih rendah, anda berjuang untuk banyak-banyak melakukan perbuatan baik supaya mendapatkan kebahagiaan (terlahir di alam bahagia), paling tidak anda pun merasa bahagia dan puas pada saat telah melakukan perbuatan baik.
ada umat-umat yang benar-benar berjuang untuk diri mereka sendiri dan saya sendiri pun melihatnya, mereka datang kebaktian tiap minggu, membantu membersihkan vihara, berdana kepada bhikkhu, kemudian membantu semampu mereka untuk acara vihara, rajin melakukan baksos dan fangshen (melepas makhluk hidup). umat-umat ini yang dapat dijadikan panutan untuk dapat berjuang untuk tidak jatuh ke alam yang lebih rendah.
masing-masing berjuang dengan cara yang berbeda, ada yang berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan, tetapi jangan salah ada juga yang berjuang untuk jatuh ke alam rendah sehingga kesimpulan yang didapat adalah berusaha lah untuk menjadi lebih baik, uruslah diri anda sendiri, menjadi pribadi yang positif, berkembang dan bermanfaat bagi diri sendiri, lingkungan disekitar maupun orang banyak.
semoga hasil diskusi singkat ini dapat membuka wawasan dan menambah manfaat untuk berkembang dan menjadi pribadi yang lebih baik.
semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment